Info langsung – Penyakit cacar api, atau yang dikenal juga dengan herpes zoster, kini menjadi perhatian serius dari para ahli kesehatan. Satuan tugas (satgas) imunisasi dewasa bersama beberapa perhimpunan dokter spesialis sedang giat mewaspadai penyakit ini, terutama karena risiko terkena cacar api meningkat seiring bertambahnya usia. Vaksinasi kini menjadi salah satu solusi efektif untuk mencegah munculnya penyakit yang umumnya menyerang area wajah, dada, atau tubuh ini.
Cacar api disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella Zoster, yang merupakan penyebab cacar air pada masa kecil. Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus ini tidak sepenuhnya hilang dari tubuh, melainkan tetap berada dalam keadaan tidak aktif di sistem saraf. Seiring berjalannya waktu, terutama ketika sistem kekebalan tubuh melemah, virus ini dapat kembali aktif dan menyebabkan herpes zoster. “Setelah terinfeksi, virusnya akan tetap berada di dalam tubuh dan menjadi inaktif. Beberapa tahun kemudian, virus tersebut dapat kembali aktif dan menjadi Herpes Zoster,” jelas Prof. Dr. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI FINASIM FACP, penasihat Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).
“Baca juga: Pekan Imunisasi Nasional Tidak Akan Menghambat Imunisasi Rutin”
Salah satu faktor risiko terbesar untuk terkena cacar api adalah usia. Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh kita cenderung melemah, membuat tubuh kurang mampu menahan reaktivasi virus. “Usia memang menjadi faktor risiko yang paling berpengaruh dan sebagian besar kasus cacar api terjadi pada individu dewasa berusia 50 tahun ke atas,” kata Dr. dr. Sally Aman Nasution, SpPD-K-KV, FINASIM, FACP, Ketua Umum PB PAPDI. Data menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen orang dewasa memiliki virus Varicella Zoster yang dormant di tubuh mereka, sehingga mereka berisiko terkena cacar api ketika sistem kekebalan tubuh menurun.
Individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti mereka yang menderita HIV, kanker, atau penyakit autoimun, berisiko lebih tinggi terkena cacar api dan cenderung mengalami kasus yang lebih berat. “Penyakit imunosupresi seperti HIV, kanker, dan gangguan autoimun lainnya meningkatkan risiko seseorang untuk terkena cacar api,” jelas Dr. dr. Sally Aman Nasution. Penelitian juga menunjukkan bahwa wanita memiliki risiko 19 persen lebih tinggi untuk terkena herpes zoster dibandingkan pria, meskipun penyebab pasti dari perbedaan risiko ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
Cacar api biasanya ditandai dengan ruam melepuh yang sangat menyakitkan, yang bisa muncul di satu sisi tubuh atau wajah. “Ruam muncul di satu sisi tubuh atau wajah. Sebelum ruam muncul, pasien akan merasakan nyeri, gatal, kesemutan, atau mati rasa di area yang akan terinfeksi,” kata dr. Nurwestu Rusetiyanti, M.Kes, SpDVE, SubspVen dari KSHI PERDOSKI. Komplikasi umum dari penyakit ini adalah Post-Herpetic Neuralgia (PHN). Yaitu nyeri saraf jangka panjang yang bisa terjadi pada 5-30 persen kasus herpes zoster tergantung pada usia individu. PHN dapat berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun dan berdampak signifikan pada kualitas hidup pasien, termasuk efek psikologis seperti depresi dan gangguan sosial.
“Simak juga: Panas Dalam? Ini Gaya Hidup Sehat dan Cara Mencegahnya”
Ada beberapa mitos terkait cacar api yang perlu diluruskan. Salah satunya adalah anggapan bahwa ruam cacar api yang muncul di kedua sisi tubuh bisa menyebabkan kematian. “Ini adalah mitos yang sering ditemukan di masyarakat Indonesia. Jika ruam muncul secara bilateral atau di dua sisi tubuh, itu bisa mengindikasikan tingkat keparahan yang tinggi. Tetapi kasus ini sangat jarang ditemukan,” jelas Dr. dr. Paulus Sugianto, Sp.N, Sp.Sub NKI (K), FAAN dari Pokja Neuroinfeksi dan Neuroimmunologi PERDOSNI.
Vaksinasi menjadi salah satu metode pencegahan yang efektif untuk melawan cacar api. “Per Juli 2024, jadwal imunisasi dewasa sudah diperbarui dengan menambahkan vaksin untuk cacar api. Sebagai salah satu rekomendasi dari Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI,” kata Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM. Vaksinasi dianjurkan untuk orang dewasa berusia ≥50 tahun dan individu ≥18 tahun dengan kondisi imunokompromais. Seperti pasien yang sedang menjalani kemoterapi atau memiliki imunodefisiensi.
Penyakit ini merupakan kondisi yang harus diwaspadai. Terutama bagi mereka yang berusia 50 tahun ke atas atau memiliki kondisi kesehatan yang melemahkan sistem imun. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai gejala, risiko, dan metode pencegahan seperti vaksinasi. Diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan proaktif dalam menjaga kesehatan. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala atau memiliki kekhawatiran mengenai cacar api. Untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan mencegah komplikasi yang lebih serius.