Soccertainment Sepakbola Indonesia Cornelius Dipo Alam
infolangsung.org – Cornelius Dipo Alam adalah salah satu mantan pemain Timnas Indonesia yang sukses bertransformasi menjadi pengusaha di Amerika Serikat. Setelah mengakhiri karier sepak bolanya, ia membangun bisnis es krim berbahan buah asli bernama The Paleta Bar bersama dua rekannya, Estala dan Marquez. Keputusan ini membawanya ke dunia baru yang berbeda dari sepak bola, namun tetap mengandalkan kerja keras dan strategi yang matang.
Dipo Alam memulai perjalanan sepak bolanya di Jakarta. Sejak muda, ia sudah menunjukkan bakat luar biasa hingga menarik perhatian dalam kompetisi Piala Soeratin U-18. Berkat performa cemerlangnya, ia terpilih untuk bergabung dengan Indonesia Football Academy yang berbasis di Inggris.
Di Inggris, Dipo Alam mendapatkan kesempatan emas untuk berlatih di lingkungan sepak bola profesional. Namun, perjalanannya tidak berhenti di sana. Ia melanjutkan kariernya ke Belanda, bermain bersama Heemstede sambil menempuh pendidikan. Keseriusannya dalam sepak bola membawanya menjalani trial di Telstar, klub yang berkompetisi di kasta kedua Liga Belanda.
Selain bermain di Eropa, Dipo Alam juga mencoba peruntungan di Amerika Serikat. Ia memperkuat beberapa tim seperti Chivas USA, LA Legends, LA Blues, Deportivo Knight, dan Turbo FC. Kariernya di luar negeri membuat namanya semakin dikenal di kalangan pecinta sepak bola Indonesia. Pada 2012, PSSI memanggilnya pulang untuk bergabung dengan Timnas Indonesia. Sayangnya, kepulangannya terjadi di saat yang kurang tepat.
Saat itu, sepak bola Indonesia sedang dilanda konflik internal, yang menyebabkan dualisme kompetisi dan ketidakstabilan di tubuh federasi. Dipo Alam sempat menjalani trial dengan Arema IPL, namun sebelum ia menandatangani kontrak, FIFA membekukan sepak bola Indonesia. Situasi ini membuatnya kehilangan kesempatan untuk berkarier di Tanah Air, sehingga ia memutuskan untuk kembali ke Amerika dan mencari peluang lain.
“Baca Juga : Teknologi AI: Solusi Efektif untuk Mengurangi Kecelakaan”
Menyadari bahwa karier sepak bola tidak bisa berlangsung selamanya, Dipo Alam mulai memikirkan langkah baru. Ia terjun ke dunia bisnis dengan bekerja di Potato Corner, sebuah waralaba kentang goreng terkenal di Amerika. Keuletannya dalam mengelola bisnis membuatnya dipercaya untuk menangani 24 gerai Potato Corner yang tersebar di berbagai negara bagian.
Namun, ambisi Dipo Alam tidak berhenti di situ. Pada 2012, ia memutuskan untuk pindah ke Albuquerque, New Mexico, dan membuka toko Potato Corner secara mandiri. Kesuksesan ini membuka peluang baginya untuk mengeksplorasi bisnis lain yang lebih inovatif.
Selama tinggal di Albuquerque, Dipo Alam sering mengunjungi La Michoacana De Paquime, sebuah toko es krim khas Meksiko yang terkenal dengan Paletas, yaitu es krim loli berbahan dasar buah alami. Ketertarikannya terhadap produk ini semakin besar hingga akhirnya ia menjalin pertemanan dengan Estala dan Marquez, dua pekerja yang merupakan anggota keluarga pemilik waralaba La Michoacana.
Dari pertemuan ini, lahirlah ide untuk mendirikan bisnis es krim sendiri. Dengan menggabungkan keahlian bisnis Dipo Alam, pengalaman Estala dalam meracik resep, dan keterampilan Marquez di bidang konstruksi serta ekspansi toko, mereka mendirikan The Paleta Bar.
Dengan konsep es krim berbahan dasar buah asli, The Paleta Bar menawarkan produk yang lebih sehat dibandingkan es krim biasa. Keunikan inilah yang membuat bisnis mereka cepat berkembang. Dipo Alam bertanggung jawab dalam aspek branding dan pemasaran, sementara Estala fokus pada pengembangan produk dan resep, dan Marquez menangani ekspansi toko.
Berkat kerja sama tim yang solid, The Paleta Bar berhasil menarik perhatian konsumen dan tumbuh pesat di berbagai lokasi di Amerika Serikat. Kini, bisnis yang dirintis oleh mantan pemain sepak bola ini menjadi contoh sukses bagaimana seorang atlet bisa beradaptasi dan meraih kesuksesan di bidang yang berbeda.
Cornelius Dipo Alam membuktikan bahwa kesuksesan tidak hanya bisa diraih di lapangan sepak bola, tetapi juga di dunia bisnis. Meski karier sepak bolanya sempat terhambat akibat konflik PSSI, ia tidak menyerah. Dengan ketekunan dan strategi yang tepat, ia berhasil membangun bisnis yang kini berkembang pesat di Amerika.
“Baca Juga : Adu Kekayaan Pengacara Razman Nasution vs Otto Hasibuan”