infolangsung.org – Hubungan antara Gayatri dan Dara Petak, dua istri Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, disebut-sebut tidak pernah harmonis. Sejak Raden Wijaya menikahi Dara Petak, putri Raja Melayu, setelah Majapahit berdiri, Gayatri merasakan kecemburuan yang terpendam. Meski mampu mengendalikan perasaannya, ia semakin tidak menyukai Dara Petak karena wataknya yang dianggap buruk.
Menurut Earl Drake dalam Gayatri Rajapatni: Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit, Dara Petak mewariskan sifatnya kepada Jayanagara, putranya bersama Raden Wijaya. Sodrakala, pelayan setia Gayatri yang melindunginya dari pembantaian Kerajaan Kediri, juga tidak menyukai istri muda tersebut.
Para pelayan keraton Majapahit menilai Dara Petak sebagai sosok yang sombong, egois, dan pemalas. Banyak yang menyaksikan bagaimana ia memperlakukan orang-orang berkedudukan lebih rendah dengan kasar dan tidak sabaran. Sebaliknya, ia kerap menjilat mereka yang memiliki kedudukan lebih tinggi.
Selain itu, kebiasaannya menenggak minuman keras dan mengonsumsi obat-obatan semakin memperburuk citranya. Namun, tidak jelas apakah perilaku buruknya disebabkan oleh kebiasaan ini atau justru menjadi pemicunya. Dara Petak juga memiliki nafsu makan besar, tetapi tubuhnya tetap langsing. Hal ini sering membuat Gayatri merasa terganggu, terutama karena usianya yang semakin matang.
“Baca Juga : Polri Dukung Operasi Tumor Tulang Ekor Balita!”
Dara Petak dipandang sebagai sosok yang membawa ketidakharmonisan dalam lingkungan istana Majapahit. Karakter dan kebiasaannya menciptakan jarak dengan banyak pihak, termasuk istri pertama Raden Wijaya serta para pelayan kerajaan. Meski cantik dan berasal dari keluarga bangsawan Melayu, sikapnya yang sombong dan gaya hidupnya yang kurang terpuji membuatnya tidak disukai di lingkungan istana.
Gayatri pernah menjuluki Dara Petak sebagai penyihir karena wanita Melayu itu selalu meluapkan amarahnya pada siapa saja yang membuat putrinya jengkel. Julukan itu segera memicu gosip mengejutkan di lingkungan Keraton Majapahit. Sebuah kabar burung menyebar bahwa Gayatri bukan putri kandung Kertanagara, Raja Singasari terakhir, melainkan anak angkat dari Keraton Champa. Ia disebut-sebut sebagai yoginis yang dikirim untuk mengajarkan ritual Tantra kiri.
Desas-desus ini mengguncang istana dan melukai harga diri Gayatri. Tuduhan itu seolah-olah menempatkannya sebagai putri gadungan yang berasal dari latar belakang hina, bahkan dikaitkan dengan pelacur kuil. Rasa marahnya semakin membuncah karena suaminya, Raden Wijaya, memilih bungkam. Ia tidak pernah mau menyinggung soal Dara Petak atau berusaha menasihatinya.
Bagi Gayatri, satu-satunya hal yang sedikit menghibur adalah hubungan suaminya dengan Dara Petak yang tampak dingin. Raden Wijaya jarang menghabiskan waktu dengan putri Melayu itu, kecuali saat bermain dengan anak mereka. Meskipun demikian, kebisuannya terhadap segala persoalan yang melibatkan Dara Petak membuat Gayatri semakin kesal. Ia merasa suaminya tidak berpihak kepadanya, meski jelas bahwa Dara Petak kerap menimbulkan masalah.
Gosip yang beredar membuat posisi Gayatri di keraton semakin terancam. Namun, sebagai seorang permaisuri yang kuat, ia menolak tunduk pada fitnah yang meragukan asal-usulnya. Baginya, kedudukannya sebagai putri Singasari tidak bisa diganggu gugat, dan ia bertekad menjaga kehormatannya di tengah intrik politik yang mengitari Majapahit.
“Baca Juga : Pabrik Mobil Listrik Rp16,3 Triliun di Subang Siap Produksi 2026”