Info langsung – Voice of Baceprot (VoB), band metal yang terdiri dari tiga perempuan muda asal Garut, Jawa Barat, telah membuat sejarah dengan menjadi band pertama dari Indonesia yang tampil di Glastonbury Festival.[1] Festival musik terbesar di Inggris yang berlangsung pada 26-30 Juni 2024. Dalam penampilan mereka pada Jumat (28/06), mereka berbagi panggung dengan nama-nama besar seperti Coldplay dan Dua Lipa.
Firdda Marsya Kurnia sebagai vokalis, Euis Siti Aisyah sebagai drummer, dan Widi Rahmawati sebagai bassist, memulai perjalanan musik mereka sepuluh tahun lalu sebagai kegiatan ekstrakurikuler di madrasah tempat mereka bersekolah. Awalnya, mereka tidak pernah membayangkan bahwa mereka akan mencatatkan sejarah bagi musik Indonesia di panggung sebesar Glastonbury.
“Baca juga: Revolusi Erik ten Hag Manchester United Menguat, Klub Belanda Bantah Minatnya“ [2]
“Kami bingung karena kami tidak tahu betapa serunya festival ini… Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan selanjutnya,” ungkap Marsya dalam wawancara dengan BBC News Indonesia.
Namun, tekanan baru muncul ketika mereka menyadari bahwa mereka akan menjadi representasi pertama Indonesia di festival ini.[3] Ketiganya telah menempuh perjalanan yang panjang dalam industri musik metal, mulai dari mendapatkan perhatian di tingkat lokal hingga menjadi berita utama internasional karena keberaniannya menantang norma gender dan agama.
Meskipun diakui sebagai “band perempuan pemberontak,” mereka tidak hanya menunjukkan bakat musikal mereka tetapi juga mengatasi berbagai tantangan sosial dan budaya di Garut, Jawa Barat. Mereka sering kali berhadapan dengan kritik dan resistensi dari lingkungan sekitar yang konservatif terhadap kombinasi musik metal dan penampilan mereka yang memakai hijab.
“Simak juga: Adul dan Klarifikasi tentang Gangguan Penglihatan, Mengatasi Fitnah dan Memikirkan Keluarga“ [4]
Glastonbury menjadi panggung terbesar mereka hingga saat ini, di mana mereka tidak hanya bermain musik tetapi juga mewakili Indonesia di kancah internasional. Mereka menceritakan bagaimana mereka berusaha untuk tetap fokus dan mengatasi tekanan yang ada.
“Saya belum siap, tapi saya akan berpura-pura menjadi bintang di atas panggung,” kata Siti, menunjukkan sikap optimisnya menjelang penampilan mereka.[5]“Kami bangga, tapi di sisi lain ini merupakan tanggung jawab besar bagi kami. Karena penontonnya bukan hanya melihat VoB saja, tapi Indonesia,” tambah Marsya.
Dalam perjalanan mereka, mereka juga menciptakan lagu-lagu yang mencerminkan perjuangan mereka melawan stereotip dan perbedaan perlakuan gender. Single mereka, “God, Allow Me (Please) to Play Music.” Merespon kritik terhadap mereka di madrasah dengan lirik yang kuat dan mendalam.
Meskipun mendapat tantangan dan kritik, mereka terus menginspirasi banyak orang dengan dedikasi mereka terhadap musik dan tekad untuk menghadirkan perubahan positif dalam komunitas mereka. Glastonbury menjadi bukti dari kemampuan mereka untuk mengatasi segala rintangan dan mewujudkan impian mereka di panggung internasional.
[1] https://m.tribunnews.com/internasional/2024/06/29/voice-of-baceprot-band-indonesia-pertama-yang-tampil-di-festival-glastonbury?page=4
[2] https://infoinspiratif.com/berita/revolusi-erik-ten-hag-manchester-united-menguat-klub-belanda-bantah-minatnya/
[3] https://www.liputan6.com/amp/5631045/voice-of-baceprot-pakai-rompi-wastra-brand-ngawi-saat-catat-sejarah-jadi-band-indonesia-pertama-yang-tampil-di-glastonbury-2024
[4] https://jangkauaninfo.com/berita/adul-dan-klarifikasi-tentang-gangguan-penglihatan-mengatasi-fitnah-dan-memikirkan-keluarga/
[5] https://www.kompas.com/global/read/2024/06/24/120700170/cerita-voice-of-baceprot-band-indonesia-pertama-yang-akan-tampil-di?page=all