Info langsung – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memiliki peran krusial dalam menjaga keamanan siber di Indonesia. Terutama dalam menghadapi serangan-serangan yang semakin kompleks dan merugikan. Salah satu contoh terbaru adalah serangan terhadap Pusat Data Nasional (PDN) di Surabaya. Yang menggunakan ransomware Brain Cipher dan mengancam untuk mengenkripsi data penting dengan tebusan mencapai 8 juta dolar AS, atau sekitar Rp131 miliar. Meskipun klaim pengembang ransomware untuk membebaskan data sudah beredar, tantangan keamanan siber tetap mendesak dan memerlukan respons yang matang.
Menurut Prof. Bambang Brodjonegoro, mantan Menteri Riset dan Teknologi. Pemerintah perlu mengidentifikasi dan melibatkan potensi generasi muda. Yang memiliki keahlian dalam bidang hacking untuk bertindak sebagai pertahanan yang efektif dalam keamanan siber. Dia menekankan perlunya pemberian pelatihan dan sertifikasi yang sesuai melalui BSSN untuk mengasah keahlian ini. “Mereka yang mahir dalam hacking juga dapat menjadi penjaga keamanan siber yang kuat. Karena mereka memahami cara kerja serangan,” ungkapnya dalam sebuah webinar.
”Baca juga: Jerman Siapkan Bunker Baru untuk Mengantisipasi Perang“
Pemerintah juga disarankan untuk menawarkan remunerasi yang kompetitif kepada para ahli keamanan siber sebagai insentif bagi mereka yang terlibat dalam melindungi infrastruktur penting negara dari ancaman siber yang terus berkembang.
National Technology Officer Microsoft Indonesia, Panji Wasmana, menyoroti pentingnya melakukan update teknologi secara teratur. Dia menegaskan bahwa teknologi seperti Microsoft Defender. Yang kini sudah tidak lagi digunakan, menunjukkan perlunya adaptasi teknologi terbaru untuk menjaga keamanan secara efektif. “Perlunya platform, patch, dan teknologi yang diperbaharui secara teratur untuk memastikan tingkat keamanan yang optimal,” tambahnya.
Panji juga menekankan perlunya pendekatan yang holistik dalam keamanan siber. Seperti menggunakan analogi bahwa sebuah rumah tidak hanya dilindungi dengan pagar tetapi juga memerlukan keamanan tambahan seperti satpam. Ini mencerminkan pentingnya menghadapi serangan siber dengan berbagai lapisan pertahanan yang sesuai dengan konfigurasi dan tantangan yang spesifik.
”Simak juga: Mantan Mendikbud Diskusikan Masa Depan Pendidikan di Komisi X DPR“
Lebih lanjut, penerapan arsitektur terbaik dan praktik terbaik dalam keamanan siber menjadi kunci dalam upaya pemerintah untuk mengurangi risiko serangan. Meskipun tidak mungkin menciptakan sistem yang sepenuhnya imun terhadap serangan siber. Pendekatan ini diharapkan dapat meminimalkan dampak dari insiden serangan tersebut.
Dalam visi ke depan, penting bagi Indonesia untuk membangun ketangguhan dalam infrastruktur teknologi sehingga dapat pulih dengan cepat dari serangan. Mengurangi dampak disrupsi, dan menghadirkan keberlanjutan dalam layanan publik dan perekonomian digital. Resiliensi menjadi kata kunci dalam membangun fondasi yang tangguh dalam menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks dan sering kali tidak terduga.