Info langsung – CIMB (BNGA) menjelaskan bahwa fenomena deflasi dapat mempengaruhi sektor keuangan secara signifikan, terutama dalam hal peningkatan kredit bermasalah atau Non-Performing Loans (NPL). Deflasi merupakan kondisi ekonomi yang jarang terjadi, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Fenomena ini terjadi ketika harga barang dan jasa mengalami penurunan dalam jangka waktu tertentu, yang pada akhirnya mempengaruhi pola konsumsi dan investasi masyarakat.
“Baca Juga : Direktur Eksekutif Celios Sebut UU Cipta Kerja Gagal Ciptakan Lapangan Kerja “
Deflasi adalah kebalikan dari inflasi, di mana harga barang dan jasa secara umum mengalami penurunan. Penurunan harga ini biasanya disebabkan oleh turunnya permintaan barang dan jasa di pasar. Meskipun konsumen mungkin menikmati harga yang lebih rendah, deflasi dapat memicu berbagai masalah ekonomi yang lebih besar, seperti penurunan pendapatan perusahaan, peningkatan pengangguran, dan penurunan investasi. Dalam konteks perbankan, deflasi dapat mempengaruhi kemampuan debitur untuk membayar utang mereka. Ketika harga barang dan jasa menurun, pendapatan perusahaan juga ikut tertekan, yang dapat mengurangi kemampuan mereka untuk memenuhi kewajiban kredit. Pada akhirnya, hal ini akan berujung pada peningkatan kredit bermasalah, yang dapat merugikan sektor perbankan.
Menurut Bank CIMB (BNGA), deflasi dapat meningkatkan risiko kredit bermasalah, terutama bagi debitur yang memiliki pinjaman besar dan terpengaruh oleh penurunan pendapatan. Dalam situasi deflasi, banyak perusahaan menghadapi tantangan dalam menjaga arus kas tetap positif. Hal ini dapat menyebabkan mereka kesulitan untuk membayar cicilan pinjaman, yang pada gilirannya meningkatkan angka Non-Performing Loans (NPL) di sektor perbankan. Bankir CIMB menekankan bahwa penurunan harga barang dan jasa juga dapat memicu penurunan nilai agunan yang dimiliki oleh bank. Misalnya, jika harga properti atau aset lainnya mengalami penurunan, nilai agunan yang dijaminkan oleh debitur kepada bank akan ikut turun. Hal ini menambah risiko kerugian bagi bank jika debitur gagal memenuhi kewajiban pembayaran.
“Simak juga: Pemindahan Ibu Kota, Masa Depan Ekonomi Jakarta “
Untuk menghadapi dampak deflasi terhadap kredit bermasalah, Bank CIMB (BNGA) telah mengambil beberapa langkah strategis. Salah satunya adalah dengan melakukan penilaian ulang terhadap portofolio kredit yang dimiliki. Penilaian ulang ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor-sektor mana saja yang paling rentan terhadap dampak deflasi, sehingga bank dapat mengambil langkah antisipatif sebelum risiko menjadi lebih besar. Selain itu, Bank CIMB juga memperketat kebijakan pemberian kredit, terutama untuk sektor-sektor yang diperkirakan akan terdampak signifikan oleh deflasi. Bank menerapkan analisis risiko yang lebih mendalam sebelum menyetujui permohonan kredit baru, dengan mempertimbangkan kemungkinan penurunan nilai aset dan penurunan pendapatan debitur di masa depan.
Salah satu langkah lain yang diambil oleh Bank CIMB adalah melakukan diversifikasi portofolio kredit. Dalam situasi deflasi, beberapa sektor ekonomi mungkin lebih rentan terkena dampak dibandingkan sektor lainnya. Oleh karena itu, bank berupaya untuk menyebar risiko dengan memberikan kredit ke berbagai sektor yang memiliki karakteristik risiko yang berbeda. Diversifikasi ini membantu bank dalam memitigasi risiko kredit bermasalah akibat deflasi. Karena kerugian di satu sektor dapat diimbangi dengan kinerja positif dari sektor lainnya. Misalnya, sektor-sektor yang berfokus pada kebutuhan pokok mungkin tidak terlalu terdampak oleh deflasi. Sehingga bank dapat memfokuskan pemberian kredit ke sektor-sektor ini untuk mengurangi risiko.
Bank CIMB juga berusaha untuk bekerja sama dengan para debitur dalam menjaga kesehatan kredit. Dalam kondisi deflasi, bank berupaya untuk memberikan solusi bagi debitur yang mengalami kesulitan pembayaran, seperti restrukturisasi kredit. Melalui restrukturisasi, bank dapat memperpanjang jangka waktu pembayaran atau memberikan keringanan bunga. Sehingga debitur tetap dapat memenuhi kewajibannya tanpa terlalu membebani keuangan mereka. Kerja sama yang baik antara bank dan debitur sangat penting dalam menjaga stabilitas sektor perbankan. Dengan memberikan solusi yang tepat, bank tidak hanya membantu debitur untuk keluar dari kesulitan, tetapi juga mengurangi risiko terjadinya kredit bermasalah yang dapat merugikan kedua belah pihak.
Selain upaya yang dilakukan oleh bank, peran pemerintah juga sangat penting dalam mengatasi dampak deflasi. Pemerintah dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan permintaan domestik, seperti melalui stimulus fiskal atau kebijakan moneter yang lebih longgar. Dengan meningkatkan permintaan, perekonomian diharapkan dapat kembali tumbuh, dan risiko kredit bermasalah dapat dikurangi. Bank CIMB juga menyarankan agar pemerintah memberikan insentif kepada sektor-sektor yang paling terdampak oleh deflasi, seperti sektor properti atau manufaktur. Dengan adanya insentif, sektor-sektor ini diharapkan dapat tetap bertahan di tengah penurunan harga, sehingga risiko terhadap kredit bermasalah dapat diminimalisir.
Deflasi merupakan tantangan besar bagi sektor keuangan, terutama dalam hal kredit bermasalah. Penurunan harga barang dan jasa dapat berdampak pada pendapatan perusahaan dan nilai agunan, yang pada akhirnya meningkatkan risiko kredit bermasalah di bank. Bank CIMB (BNGA) telah mengambil berbagai langkah untuk menghadapi tantangan ini, seperti penilaian ulang portofolio kredit, diversifikasi, dan kerja sama dengan debitur untuk restrukturisasi kredit. Selain itu, peran pemerintah juga sangat penting dalam mengatasi dampak deflasi melalui kebijakan yang dapat meningkatkan permintaan domestik. Dengan adanya kerja sama yang baik antara pemerintah, bank, dan debitur, risiko kredit bermasalah akibat deflasi diharapkan dapat diminimalisir, dan sektor perbankan dapat tetap stabil di tengah kondisi ekonomi yang menantang.